Ngopi Cantik #7 Beautiesuad

Ngopi Cantik #7
bersama kak Mia (https://insommia.net/)


Hallo kembali lagi ke jendela Lisa.

Ini kali pertama aku ikut sharing session di Beautiesquad yang dinamakan ngopi cantik #7 bersama Azzahra R. Kamila yang memiliki nama blog www.insomnia.com dan beruntungnya aku pada ngopi cantik kali ini membahas fakta seputar skincare, dimana yang membeuat semua wanita bahkan juga pria takut dengan bahan skincare berbahaya karena bisa menyebabkan berbagai macam penyakit.

Ngopi cantik #7 membahas soal mitos dan fakta yang beredar di internet. Menurut kak Azzahra, sebagai beauty blogger, seenggaknya kita bisa bantu mengedukasi orang agar gak sembarangan percaya dengan informasi yang beredar. "Cuma memang nggak semua orang bisa ngakses ke sumber-sumber tertentu yang bisa dipercaya, karena sebagian besar memang sebetulnya adalah untuk studi atau penelitian. Untuk sekarang ada sekitar 5 hal yang bakal aku sharing, yang aku pikir paling penting supaya kita gak ngasih informasi yang salah. Mudah mudahan waktunya cukup." Begitulah kalimat kak Azzahra dalam ngopi cantik #7 kali ini.

Setelah mengikuti sharing session ini aku sedikit lega karena ketakutan ku selama ini tentang bahaya paraben ataupun mitos bahan kosmetik alami/tidak alami sudah terjawab.

Kak Azzahra juga menjawab semua sesi pertanyaan dengan jelas, singkat padat dan tepat. Awal aku ikut sesi ini karena aku melihat instagram Beautiesquad dan aku langsung mengisi google form dengan link yang sudah disediakan karena menurutku temanya sangat menarik.

Setelah aku mendaftar akhirnya aku terpilih dan dimasukan ke grup WA. Admin memberikan rules untuk sesi ngopi cantik #7 dan pertanyaan yang akan ditanyakan harus sudah dipersiapkan sebelumnya.

Pertanyaan yang diberikan peserta juga sangat bagus sekali.
Apa saja sih 5 hal yang bakal disharing oleh kak Azzahra dan apa saja sih pertanyaan peserta seputar skincare?
Scroll down yuk untuk melihat hasil notulensi yang sudah diberikan admin.

Follow :

1. Kosmetik natural dan kosmetik berbahan dasar kimia

Tidak semua kosmetik natural itu aman dan tidak semua produk sintetis yang diproduksi dengan menggunakan bahan bahan kimia itu berbahaya.

Masih banyak dari kita yang suka ngeshare "produk ini aman tanpa bahan kimia", itu menurut aku secara konteks salah sih. Karena kalau kita bahas tentang water, pasti banyak ya di toner, moisturizer, lotion dll itu pasti selalu jadi ingredients pertama atau kedua dicantumin di produk. Water -> aqua -> air -> H2O. Water itu natural, safe, aman selama enggak ada rasa, bau, dan warna yang aneh. Tapi seperti yang kita ketahui bersama, yang namanya air itu ada namanya sendiri di ilmu kimia: H2O. Jadi, nggak bisa dibilang natural itu enggak mengandung unsur kimia. Nah, kenapa sih yang natural nggak selalu safe? Ini sebetulnya ada hubungannya sama yang bakal aku bahas di topik kedua, tapi untuk sekarang aku kasih contoh lain deh. Kita pasti pernah dengar yang namanya titanium dioxide dan zinc oxide. Kalo suka pake sunscreen, pasti tahu, atau hapal sama dua bahan ini. Nah, dua duanya punya fungsi sebagai sunscreen agent yang bagus untuk melawan UVA dan UVB.

Tapi faktanya, sunscreen agent yang diproduksi di pabrik itu dibuat dalam bentuk sintetis. Jadi walaupun di alam ada juga yang namanya titanium dioxide dan zinc oxide, kedua bahan ini tidak aman kalau kita pakai buat bahan skincare, karena beracun. Jadi perlu diputarbalikkan mindset itu bahwa natural nggak selalu aman, dan sintetis nggak selalu bahaya.

Contoh lain, misalkan berbicara silikon.

Silikon itu sintetis, suka banyak yang menganggap ini bahaya. Biasanya karena kita suka dengea atau baca artikel yang ngomongin soal suntik silikon. Bahwa ya, memang ada jenis-jenis silikon berbahaya, itu bener. Tapi kalau sifatnya untuk kita pakai sebagai skincare, produsen juga mikir, nggak mungkin menggunakan bahan berbahaya buat ditemplokin ke muka. Dimethicone itu sangat aman, dan sebetulnya merupakan jenis silikon terbaru yang nggak bikin pori pori kita tersumbat.


2. Paraben

Jadi paraben ini sifatnya sintetis, alias dibikin dengan menggunakan unsur unsur kimia, nggak berasal dari alam. Salah satu alasan kenapa orang orang takut sama paraben itu karena katanya sih penyebab kanker payudara. Tapi kalau kamu salah satu followers @labmuffinbeautyscience, mungkin kamu pernah baca juga artikel dia tentang paraben. Dari yang aku baca juga, sebetulnya ada mispersepsi soal paraben ini.


Sejarahnya, media itu sempat menggembar gemborkan bahwa paraben sebagai reseptor estrogen yang bisa mempengaruhi hormon wanita. Estrogen ini dikaitkan sama penelitian kanker payudara dan ketidakmampuan wanita melakukan reproduksi. Mereka salah mengartikan gara gara ada penelitian yang dilakukan tahun 2004 terkait kanker payudara, di mana katanya sih di jaringan di dalam payudara ditemukan paraben. Cuma sebetulnya jumlah paraben yang ditemukan itu, kalau diibaratkan, seperti sejumput pasir yang kita genggam pas kita lagi di Sahara. Artinya, sedikit banget. Jadi, kalau ada green beauty campaign yang nyebut "no paraben, no lanolin, no SLS", buat aku itu pembodohan.

Di Indonesia, kebanyakan produk itu pake ethylhexylglycerin, phenoxyethanol, sama DMDM hyantoin buat bahan pengawet kosmetik, atau skincare. Sampai sejauh ini, paraben termasuk yang paling aman. Karena udah ratusan tahun dari sejak ditemukan sampai sekarang, kasus alergi atau kasus yang membuat paraben dianggap berbahaya itu sangat sedikit Sementara phenoxyethanol itu dilarang di beberapa negara, dan kemungkinan alergi yang timbul itu rasionya lebih besar dibanding paraben. DMDM hyantoin itu bahan pengawet yang merupakan jenis formaldehyde, dalam arti, ketika ada bakteri hinggap di skincare, DMDM ini fungsinya sebagai antimikroba yang akan membunuh bakteri. Walaupun sampai detik ini masih dianggap aman (tapi setahuku sih kadar persen yang boleh dipakai itu 0.2%), kemungkinan kulit kita iritasi itu jauh lebih besar ketika menggunakan produk dengan bahan pengawet DMDM. Ini, sebetulnya, masih teoriku sendiri, jadi jangan langsung percaya. Karena CIR (Cosmetics Ingredients Review), salah satu lembaga terpercaya yang didirikan di Amrik atas inisiasi beberapa brand kosmetik, ngerilis info kalo DMDM hyantoin, phenyoxyethanol, dan paraben aman selama memenuhi standar safety-nya mereka.

Aku yakin kalian juga sering dengerin soal lembaga bernama EWG, Environmental Working Group. Aku biasanya melesetin jadi Environmental Worry Group, karena mereka salah satu lembaga yang ngerilis info paraben itu bahaya "begitu ulasan kak Azzahra".



3. Apakah Petroleum Jelly dan mineral oil berbahaya?

Mitos.

Ini natural, karena mineral oil dan petrolatum itu terbentuk dari hidrokarbon. Apakah safe? Ini safe. Orang pada takut karena disebut sebut kalau mineral oil dan petrolatum itu berasal dari petroleum. Petroleum itu cairan yang ditemukan di bawah batu sedimen, biasanya dipake untuk bahan bakar mobil (bensin) dll. Tapi petrolatum atau mineral oil yang dipake di skincare itu hasil distilasi, dan kalo misal ternyata produsen membeli mineral oil dan petrolatum yang diproses purifikasi terbaik, sebetulnya itu bahan yang nggak akan bikin clogged pores. Jadi misal nih, kayak kita beli produk mengandung mineral oil terus malah kayak bikin komedoan atau jerawatan, belum tentu itu penyebabnya. Bisa jadi sejak awal pori pori kamu tersumbat tapi nggak nyadar, atau bahan mineral oil yang dipakai itu bukan hasil purifikasi terbaik, jadi produsen beli yang murah meriahnya untuk menekan cost produksi. Itu mungkin, jadi jangan langsung nyalahin skincare kalo nggak berguna di kulit kita.

4. Gold dan Collagen sebagai bahan anti aging?

Mitos.

Ini dimulai ketika tren mengawinkan unsur metal ke skincare, tim marketing ngelaunch tren ini supaya pada banyak yang beli. Aku yakin pasti ada yang pernah pake, karena aku pun salah satu yang dikirimin produk mengandung partikel nano gold. Sampai sejauh ini, kalo mau ngomongin soal unsur metal, yang paling bisa dipercaya itu copper-peptide. Karena sudah ada cukup banyak penelitian yang mengarah ke sana, dan peptide sendiri memang salah satu bahan menjanjikan untuk antiaging. Nah, buat collagen sendiri, ada istilah hydrolyzed collagen. Jadi intinya sih itu berupa collagen yang dipecah pecah lagi hingga jadi molekul terkecil. Ini bakal agak sedikit bikin pusing ya wkwk, tapi aku pikir beauty blogger perlu tahu seenggaknya apa itu Dalton rule. Gampangnya sih, Dalton rule itu salah satu cara yang bisa dipakai untuk menentukan apakah suatu bahan itu skincare atau drug (obat) yang bisa jadi skincare. Kalo di bawah 500 maka sifatnya drug, kalo di atas 500 maka itu skincare. Cara nyari taunya gimana? Cari massa molekulnya (molecule weight). Setahuku salicylc acid di kisaran seratusan, jadi itu sifatnya bisa jadi drug, makanya tidak disarankan buat ibu hamil. Sementara collagen itu di kisaran molecular weight 80-12 kD, jadi kira kira ribuan sampai puluh ribuan. Kalo pake logika, gimana ceritanya collagen bisa membantu untuk antiaging padahal nembus ke lapisan kulit teratas aja gak bisa? Malah bakal jadi sit on top aja, itulah alasannya kenapa aku cenderung nyebut collagen sebagai humektan, cuma bisa bikin kulit jadi lebih moist aja. Sementara salicylic acid, berhubung dia bisa jadi drug, maka sangat mungkin bisa nembus ke pori pori terdalam, dan membantu melakukan eksfoliasi dari bagian dalam kulit.

5. Tentang Retinol

Retinol itu di kisaran harga Rp. 200.000,- bahkan lebih, jadi itu memang bisa jadi bahan antiaging.

Nah itu ulasan dari kak Azzahra, sekarang scroll down yuk untuk melihat Q n A dari ngopi cantik #7 kali ini.

1. Q: apa BPOM sudah melindungi konsumen dari produk kosmetik berbahaya? Kenapa brand menggemborkan paraben-free padahal paraben itu aman?

A: Aku rasa harusnya BPOM itu ngegenjot lebih strict lagi karena setahuku sekarang banyak produk beredar atas izin BPOM, tapi tanpa pengecekan dari BPOM sendiri. CMIIW, dari yang pernah aku baca, kode izin edar sama kode sudah dicek oleh BPOM sendiri itu beda. Untuk izin edar namanya notifikasi kosmetik, sementara nomor registrasi BPOM diberikan oleh BPOM setelah sampel produknya diuji. Sayangnya, sayang banget, BPOM itu nggak kayak FDA. FDA itu semacam BPOM di Amrik. Contoh mudahnya ya, aku susah lho mau nyari Peraturan Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika Indonesia yang lengkap. Ada tapi, itu out of date banget, tahun 2011. FDA punya ini dan diatur sedemikian rupa walaupun mereka juga belum 100% sempurna. Intinya sih mulai dari permintaan konsumen yang ingin serba green, makanya industri menjawab demikian: no paraben, no lanolin, dll. Kita sedang membodohi diri kita sendiri

2. Q: Bagaimana dengan anjuran pakai skincare yg sebagian besar orang tidak mematuhi anjuran pakai? Apakah aman dan diperbolehkan menggunakan dalam kadar dan intensitas yg lebih?

A: Aturan itu dibuat karena ngeliat dari rata-rata yang dibutuhkan konsumen dalam pemakaian, mirip kayak minum obat, ada tujuan tertentu. Bakal ketahuan nantinya kalo emang overdose, pasti ada reaksi tertentu di kulit kita. Tapi misal nih kayak pake masker yang katanya 2-3x seminggu, buat aku tetep tergantung kulitnya sendiri. Kalo memang badak dan perlu lebih banyak, why not? Aku pake AHA tiap hari dan sejauh ini buatku itu cara efektif. Padahal ada anjuran 2-3x seminggu pemakaian.

3. Q: Memilih skincare yang safe tu gimana? dilihat dari ijin BPOM, no animal testing atau brand?

A: Aku biasanya baca dulu bagian komposisi buat milih yang safe buat kulit. Ini yang paling penting buat diketahui: kalo misal ada komposisinya berupa aqua tanpa satu pun bahan pengawet, jangan pernah beli. Karena air itu perlu bahan pengawet, dan embel embel natural sekarang ngarahnya ke "tanpa bahan pengawet". Kalo misal dia tanpa bahan pengawet, kayak Pyunkang Yul Essence Toner tapi mencantukan PAO, misal 6 bulan, buat aku masih safe. Aku cenderung menghindari produk yang non cruelty free karena banyak yang dibuat di China, dan yang di China dipalsuin dan dijual lagi di Indonesia dan aku gak yakin yang beredar dijual bebas di e-commerce 100% asli, bisa jadi suatu saat zonk ternyata malah beli palsu dan dipake. Jadi itu alasannya kenapa aku pilih brand cruelty free, menghindari kemungkinan dapet barang palsu. Sesuai preferensi masing masing.

4. Q: Gimana tipsnya jelasin ke audience dengan baik tanpa jadi menyesatkan tapi juga ga kecewain klien?

A: Emang susah ya kalo mau jujur tapi tidak menyakiti hati klien. Kalo aku biasanya diperhalus kata katanya, misal: "walaupun no paraben, sebetulnya paraben sejauh ini masih dianggap safe kok. Kecuali kalau kamu alergi paraben, maka sebaiknya hindari produk mengandung paraben". Jadi aku selalu nyebut, kalo kamu nggak ada alergi sama bahan tertentu, sebetulnya ini safe. Tapi brand A dengan judul X itu memang tidak memakai bahan Y sama sekali. Jadi jika concernmu adalah produk tanpa bahan Y, maka kamu bisa mempertimbangkan membeli brand A.

5. Q: Tentang chemical peeling, sebenarnya itu pemakaian yg baik digunakan berapa hari sekali? Karena ada produk yg mengatakan bisa pakai setiap hari. Saat wajah berjerawat, boleh peeling nggak? Lebih aman pakai masker wajah atau chemical peeling?

A: Kalo sesuai anjuran itu sekitar 2-3x seminggu. Tapi aku pake lactic acid yang TO sama serum X FSS hampir tiap hari, selang seling, karena tau kalo dua duanya mild dan kulitku bisa ngetolerir. Pas berjerawat justru bakal lebih cepet pulih pas pake chemical peeling. Di awal sebel sih pasti gara gara jerawat nambah banyak banget. Tapi jadi lebih cepet diganti kulit baru.

6. Q: Apa baik menyimpan skincare di dalam kulkas setiap hari? Apa sebenarnya kegunaan menyimpan skincare di kulkas? Apakah hanya agar skincare saat dipakai dingin? Atau lebih untuk agar awet saja skincarenya?

A: Yup, gak masalah sih kalo mau nyimpen di kulkas dalam waktu lama. Karena biasanya sih yang bikin kita simpen di kulkas supaya tekstur, warna, dan wanginya nggak aneh aneh, atau juga menghindar dari jamur. Ada produk yang bisa kayak gini kalo gak dikulkasin, ada juga produk yang bakal baik baik aja kalo gak dikulkasin, contohnya kayak Vaseline atay clay mask.

7. Q: Aku kan kulitnya jd dry n sensitive skin ya.. Untuk rescue pertama kali, lebih hydrating kulit dulu apa gimana ya?

A: Yang pasti supaya keadaan skin barrier-nya bisa seimbang harus ada produk hydrator dipake, kalo tipe kering itu pake humektan macem glycerin, atau occlusive kayak wax atau oil. Soalnya kalo barrier-nya bermasalah, gampag banget masalah kulit timbul. Jadi buat rescue bagusnya: 1) Kontrol kesehatan, 2) Pake sabun cuci muka yang pH friendly, 3) Pakai produk yang bisa ngerepair skin seperti yang mengandung ceramide, urea, vitamin B5, 4) Pake sunscreen yang emang sudah cocok banget di kulit; kecuali kondisi kulit beda jangan ganti ganti.

Seru sekali ya sharing session kali ini.
Aku membaca Q n A berulang kali dan menelaah skincare berbahan apa yang memang benar dibutuhkan untuk kulit ku.

Semoga next ngopi canttik bersama Beautiesquad aku bisa ikut lagi karena manfaatnya sangat banyak, wawasan kubertambah secara gratis.

Semoga bermanfaat,
Terima Kasih Tim Beautiesquad dan Kak Azzahra
Salam Hangat
Jendela Lisa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW Jujur Y.O.U Beauty Simplicity Series

Holyshield! Sunscreen Comfort Corrector Serum

LOVE beauty AND planet Body Lotion with Murumuru Butter & ROSE aroma